Koalisi Menarik PKS dan HANURA


Pada Pilkada Jawa Barat (Jabar) lalu, Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA) (dan juga beberapa partai lainnya, note) kompak mengusung pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar (AHER-Demiz) dan membuahkan hasil, pasangan tersebut menang satu putaran.

1362548547221664106
Logo PKS dan HANURA (sumber foto: inilah.com)

Selanjutnya pada Pilkada Sumatera Utara (SUMUT), PKS dan HANURA juga kompak mengusung pasangan GANTENG. Pada Pilkada Jawa Tengah yang akan dilaksanakan pada 26 Mei 2013 mendatang PKS dan HANURA juga berkoalisi untuk memenangkan pasangan calon Hadi Prabowo-Don Murdono. Bahkan pada tahun 2010, PKS-HANURA telah berkoalisi di Sumatera Barat untuk mengusung Irwan Prayitno dan Muslim Kasim sebagai Gubernur, pasangan tersebut menang dan menjadi Gubernur-Wakil Gubernur Sumbar 2010-2015. Nah, jika ketiga pasangan calon yang diusung duet Partai Religius dan Nasionalis ini menang dalam Pilkada tahun 2013 ini, maka partai lain perlu waspada dengan kekuatan koalisi ini dalam menghadapi Pemilu 2014 mendatang, ketiga daerah tersebut merupakan daerah strategis dalam kekuatan politik Indonesia. Di Jabar misalnya, 20% penduduk Indonesia ada di Jabar dan PKS dan HANURA sudah mengamankan suara di daerah tersebut, setidaknya dapat dibuktikan dengan kemenangan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur dari koalisi ini.

Tentu akan ada opini yang menyatakan Pemilu dan Pilkada berbeda atmosfernya, walaupun di Jabar PKS-HANURA menang, belum tentu hal tersebut berlaku pada pemilihan Presiden 2014, apalagi saat ini ada penggiringan opini yang memaksa kita untuk lebih mempercayai sosok seorang calon daripada partai pengusungnya, mungkin kita juga lupa, selain media, hal yang mencitrakan Sang Sosok tersebut juga merupakan kader partainya sendiri, sang sosok bekerja atas dukungan partai pengusungnya.

Duet Religius-Nasionalis

Pada pemilihan Presiden yang diadakan setiap lima tahun sekali, kita sering disuguhkan dengan konsep menarik seperti “Jawa-luar Jawa” yang menyatakan bahwa Presiden dan Wakil Presiden yang ideal adalah pasangan antara orang Jawa dan luar Jawa. Misalnya Presidennya orang Jawa, wakil Presidennya orang luar Jawa. Kemudian ada juga konsep “Militer-Sipil” yang maksudnya Presiden dan Wakil Presiden yang ideal adalah perpaduan orang Sipil dan Militer. Kalau Presidennya dari Militer maka Wakil Presidennya dari Sipil, atau sebaliknya Presiden dari Sipil, Wakil Presiden dari Militer.

Kedua konsep di atas sudah diterapkan di dua pemilu terakhir dan membuahkan hasil maksimal. Pasangan SBY-JK (Jawa-Luar Jawa) berhasil menang pada Pemilu 2004 dan Pasangan SBY-Boediono (Militer-Sipil) menang pada Pemilu 2009 lalu (SBY-Boediono sama-sama lahir di Jawa Timur, note).

Nah, kembali ke PKS dan HANURA, melihat kekompakan kedua Partai ini di awal tahun 2013 (tahun politik menjelang pemilu 2014), sepertinya kita sedang disuguhkan tontonan menarik dengan konsep baru, koalisi “Religius-Nasionalis”. PKS mewakili kelompok Religius, bahkan merupakan partai religi (Islam) terbesar di Indonesia dan HANURA mewakili kelompok Nasionalis. Di satu sisi, seperti yang sudah saya bahas di awal, suasana Pilkada memang tidak sama dengan suasana Pemilu. Di Pilkada, rakyat cenderung mengabaikan konsep “Militer-Sipil”, tapi konsep baru “Nasional-Religius” ini sepertinya perlu dicoba di Pemilu 2014. Jika kedua partai ini kompak melakukan koalisi sampai dengan Pilpres 2014 dan kader dari masing-masing partai kompak bergerak bersama dengan satu tujuan memenangkan pasangan calon PKS-HANURA di Pemilu 2014 maka konsep ini bisa jadi terwujud.

Tentunya sebelum kedua partai ini berjuang di Pilpres, mereka harus “bertarung” dulu di Pemilihan Legislatif. Dengan mengamati keberhasilan PKS-Hanura di Pilkada tahun 2013 ini, maka tidak menutup kemungkinan kedua partai ini bisa sukses di Pileg 2014 dan berhasil menduetkan pasangan “Religius-Nasionalis”.

1362548578416769423
Wiranto dan Anis Matta (sumber foto: inilah.com)

Hanura tentunya akan mencalonkan Wiranto untuk jadi Capres jika partai ini menang di Pileg 2014, sedangkan di PKS ada beberapa tokoh yang layak dijadikan Capres, seperti Anis Matta (AM), Hidayat Nur Wahid (HNW), dan Tifatul Sembiring (TS). Jika koalisi PKS-HANURA terwujud, tinggal menentukan saja siapa yang jadi Presiden dan Wakil Presidennya. Jika suara PKS lebih tinggi dari HANURA pada Pileg, maka AM, HNW atau TS bisa diduetkan dengan Wiranto sebagai Wapres, itu pun kalau Wiranto mau jadi Wapres. Begitu juga sebaliknya, jika suara HANURA di Pileg 2014 lebih banyak pada dari PKS, Wiranto bisa jadi Presiden dan salah satu dari kader PKS bisa jadi Wapres. [safrianto/kompasiana]

0 Response to "Koalisi Menarik PKS dan HANURA"

Posting Komentar