AIRMATA SEORANG MUROBBI



Masihkah kalian ingat ketika pertama kali kita berjumpa.
Tak ada yang lebih membahagiakan hati ini, selain melihat wajah-wajah ceria siswa-siswi baru dapat menjejakkan kaki ke sebuah halaqoh sederhana.
Ketika hari pertama, kami sama-sama gembira melihat wajah-wajah kalian.
Kalian ibarat rahmat kepada kami, karena dari kalian lah kami mendapat ketenangan dan kesejukan hati.

Kami masih mengamati kalian.
Bukan wajah dan gaya… tetapi watak dan budi.
Siapakah di antara kalian yang akan bersama kami?
Siapakah di kalangan kalian yang akan mewarisi jejak kami?

Memang kami mengetahui dan menyadari …
Kalian datang dengan keinginan yang berbeda.
Ada yang ingin mendapat segulung materi penghias lemari.
Ada yang ingin sekedar menghibur diri.
Dan ada yang murni karena ilahi.

Kami faham itu semua …
Dan itu semua tidak penting bagi kami.

Kalian duduk dalam satu halaqoh.
Saling mengenal, mendengar dan saling memberi.
Bercerita dan membaca.
Berbincang dan bermesra.
Bukankah itu satu titik permulaan yang indah dalam pengalaman hidup kita?

Kemudian, kita bertemu lagi dalam program-program dauroh.
Duduk dan mendengar.. makan dalam dulang bertemu kepala.
Kemudian tidur diatas latar tanpa hamparan.
Kesemuanya menjadi detik manis dan kenangan yang mungkin sukar dilupakan.
Dari situlah semuanya bermula …

Kami memperhatikan dan mencoba mengenal.
Siapakah diantara kalian yang sudi untuk bersama lebih memahami apa yang sedang kami fikirkan?
Kami hanya ingin berbagi beban yang sedang kami pikul selama ini.
Kami faham ia begitu berat dan tidak mampu ditanggung oleh hanya dua atau tiga orang manusia yang lemah seperti kami.
Bebannya berat dan perjalanannya panjang.
Hasilnya, belum tentu diperolehi di masa terdekat.

Kami berfikir dan terus berfikir …
bagaimanakah cara terbaik untuk mengenali siapa dari kalian yang berminat.
Kami adakan halaqah… kami adakah dauroh … kami adakan mukhayyam… dan entah apa lagi.
Semuanya adalah karena mencoba mengenali kalian …
Disamping untuk memberi sedikit banyak kesadaran dan ilmu.

Akhirnya …
Kami telah dikurniakan Allah dengan kalian.
Kalian menampilkan diri dengan semangat dan kesediaan untuk bersama.
Kami begitu gembira.
Kami tidak meminta kalian berbuat demikian.
Sedikitpun tidak ingin memaksa.
Kami hanya membuka jalan dan peluang, setelah memberi sedikit kesadaran.

Alhamdulillah atas segala nikmat dan rahmat-Nya kepada kita.
Bermulalah satu episode baru dalam hidup kita.
Mungkin kita masih ingat ketika mulai menjejakkan kaki ke alam baru … fikrah baru dan ikatan baru.
Kalian telah berhasil menempa hati kalian untuk bersama dalam kumpulan ini.
Kumpulan yang ingin melihat dunia berubah ke arah Islam.
Kita mulai tangkas melayari perjalanan yang sengit ini.
Kita coba menumpaskan nafsu yang kadangkala mengganggu dengan cerita indahnya hidup tenang dan senang.
Tapi kalian telah berhasil menolak itu semua.
Walaupun kawan dan teman lain telah lama dibuai mimpi, kalian kadangkala masih termangu di hadapan kami.. menadah buku dan sedikit risalah.
Segalanya hanya untuk memahami Islam yang masih perlu untuk banyak dipelajari. Kadangkala teman kalian begitu asyik dihadapan cerita TV dan VCD, tetapi kita menolak itu semua …
Karena waktu amat berharga bagi kita untuk disia-siakan pada itu semua.
Kadangkala kawan-kawan enak tidur di kasur empuk, tetapi kita terpaksa berjaga malam saat mukhayyam hanya semata-mata untuk melatih diri bagaimana indahnya dapat berkorban untuk sahabat yang sedang tidur di lantai bumi.

Betapa banyaknya pengalaman yang kalian telah lalui bersama kami !
Kami coba memberi apa yang kami mampu.
Segala-galanya adalah untuk menjadikan kalian orang yang bermanfaat untuk Islam. Kami merasa kasihan kepada Islam yang masih menagih cinta dan pengorbanan dari penganutnya.
Islam masih terombang ambing, dicampakkan dan diseret oleh manusia liar.
Islam yang sepatutnya tinggi masih digilas dan diinjak dengan ganas oleh manusia zalim.
Siapa yang ingin membelanya
Siapa yang akan meletakkannya ke tempat paling tinggi.
Inilah yang kami coba lakukan

Alhamdulillah, kalian sedikit demi sedikit mulai memahami apa yang kami inginkan. Walaupun kadangkala kami tidak dapat beristirahat sebagaimana orang lain …
Tetapi ketenangan mulai menjenguk…
Ketika melihat kalian mulai memahami dan mulai melangkah.
Denyut nadi perjuangan kalian yang mulai bergerak sudah cukup menggembirakan kami
Lebih gembira dari sang musafir yang menemukan kembali untanya yang hilang di padang pasir!

Tentu kalian masih ingat itu semua.
Kalian bagi kami lebih mahal dari dunia dan isinya.
Kalianlah sumber pahala kami di zaman ketandusan pahala dan bermaharaja lela-nya dosa dan maksiat.
Bukankah “Allah memberi petunjuk seorang manusia dengan hasil usahamu adalah lebih baik dari dunia dan isinya” ?.
Karena itu, kalian semua lebih mahal bagi kami dari segala harta.

Mungkin dari sanalah kalian dapat memahami,
Bagaimana susahnya kami menjaga kalian.
Betapa banyaknya harta yang kami curahkan karena kalian.
Betapa kami terpaksa melupakan waktu istirahat dan akhir pekan untuk kalian.
Betapa kami sudah tidak mempunyai apa-apa lagi yang dapat kami berikan kepada kalian semua …
Semuanya telah kami berikan.

Mungkin sekarang kalian telah dapat memahami.
Kerana kalian lebih berharga dari dunia dan isinya !
Sukar bagi kami menceritakan ini semua …
Terpaksa dan semoga ia menjadi pedoman untuk kalian juga.
Bahwa hidup seorang yang tahu di mana Islam berada sekarang, tidak memungkinkannya sempat membangun istana dan mahligai.
Tidak memungkinkannya bergembira di setiap akhir pekan dengan anak dan isteri.
Tidak mungkin berpeluang untuk menikmati hari-hari perjalanan berpergian tanpa tujuan dakwah.
Tidak mungkin bersenang-senang dengan kendaraan besar dan mewah.
Bagaimana ia sanggup berbuat demikian, sedang Islam masih menunggu pendukung yang akan menyelamatkannya?
Kerana memahami itu semua, kami wakafkan diri kami untuk kalian. Biarlah manusia lain dengan dunianya..
Namun kami tenang dan gembira dalam dunia kami sendiri.
Walaupun orang lain melihat kami dalam kesusahan dan kesulitan hidup, namun itulah kebahagian bagi kami.
Tujuan kami.. melahirkan kader-kader yang akan bekerja untuk Islam.
Keinginan kami.. apabila kalian telah melangkah keluar dari sini.. kalian telah menjadi manusia muslim baru yang membawa bersama-sama obor yang akan menyuluh tempat-tempat yang masih gelap di pelosok sana.
Hanya itu tujuan dan cita-cita kami.

Kami tidak mampu memberi kalian kerja yang bergaji tinggi.
Kami tidak sanggup menjanjikan pekerjaan selepas kalian keluar.
Itu semua adalah sesuatu yang kerdil bagi kami.
Itu mampu dicari oleh siapapun, bagaimanapun keadaannya.
Yang lebih penting dari itu semua ialah, kami tidak mau kalian tenggelam di dalam kancah dunia yang sedang bergelimang dengan materialisme yang tidak mampu diharungi oleh manusia biasa.
Kerana itulah kami coba memberi bekal kepada kalian dengan kekuatan dan kefahaman. Lebih dari itu, kami mau kalian menjadi manusia yang akan membawa manusia lain untuk bersama-sama dalam perjuangan kita yang masih panjang.
Kami coba sedaya upaya untuk mengajak kalian memahami bahwa apa yang kita buat ini bukan karena sekolah kita.
Bukan kerana wajib atau ingin menjaga hubungan dengan guru kita.
Bukan kerana nilai raport atau prestasi.
Kami coba memutus tali-tali yang mengikat kalian dengan itu semua.
Kami membawa kalian keluar sana…
berjumpa dengan mereka yang telah mendahului kita di atas jalan ini.
Melangkah ke luar daerah.. berjumpa dan mengambil pengalaman mereka.
Mereka semua adalah se jalan dengan kita..
berjuang menegakkan fikrah yang sama!

Jerih payah kami tidak sia-sia.
Kalian mula melangkah ke garis akhir bersama kami dengan sabar dan tekun.
Kalian tidak menunjukkan rasa jemu dan bosan.
Walaupun telah ada diantara kalian yang telah berguguran setelah beberapa lama, namun kalian masih tetap teguh.
Kalian mulai faham bahwa kerja kita memerlukan disiplin yang tinggi.
Kerja kita memerlukan jamaah dan ketaatan.
Memerlukan syura dan perbincangan dengan Murobbi/Murobbiyah yang telah begitu
lama membimbing langkah kita sejak kita masih tertatih-tatih di permulaan perjalanan. Kerja kita memerlukan kita untuk tidak berhenti dan tetap bersama dengan jamaah
di mana saja kita berada.

Di saat berpisah, itulah harapan kami.
Gembiranya hati kami melepaskan kalian menuju ke destinasi masing-masing.
Betapa inginnya hati kami mendengar deringan telepon dari kalian..
Menceritakan pengalaman baru kalian di kampung halaman masing-masing.. setelah mendapat title baru bergelar ‘DA’I’.
Betapa tak sabarnya kami ingin menatap tulisan dari kalian ..
bercerita bagaimana kalian telah mulai mengumpulkan mad’u-mad’u baru ditempat kalian.
Betapa gembiranya kami nantinya mendengar kalian mulai ke sana-kemari mengikuti program bersama ikhwah dan akhwat di tempat baru kalian.
Kami tidak dapat bayangkan bagaimana gembiranya hati kami bila mendengar murobbi/murobbiyah baru kalian begitu memuji kesungguhan dan semangat yang kalian tunjukkan.
Ketika itulah kami akan menepuk dada gembira…
Airmata kami berlinangan kegembiraan.. betapa tanaman kami telah menghasilkan buah.
Usaha kami selama 3 tahun tidak sia-sia !

Hari berganti hari.. kami di sini terus dengan kesibukkan melayani adik-adik kalian yang terus tiba tahun demi tahun dan coba untuk menjadi pelapis kepada kalian.
Mereka bersemangat untuk meneruskan apa yang telah dilakukan oleh kalian.
Mereka masih ingat ketika kalian bersama-sama mereka di halaqoh, tatsqif, dauroh dan mukhayyam.
Mereka masih ingat.. kalianlah yang mendidik mereka dan mengasuh mereka.
Kami terus membantu mereka sekadar kemampuan kami ini.. agar mereka menjadi seperti kakak-kakak dan abang yang telah tamat belajar.

Hari terus berganti… kami masih menunggu sepucuk surat atau dering telepon… atau sepatah salam dari musafir yang pulang.
Namum bayangan masih kelam.
Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan.
Hati kami mula bimbang.
Apakah yang telah terjadi kepada adik-adik kami yang telah pergi?
Kami mulai bertanya kepada musafir yang lalu… atau
kepada ikhwan dan akhawat yang berdekatan dengan kalian..
dimana adik-adik kami ?
Pernah mendengar si fulan dan si fulanah?
Jawaban negatif membimbangkan kami tentunya.

Kini beberapa bulan berlalu sepi tanpa berita.
Bagi kami.. cukuplah tempoh yang bernama bulan untuk
menghancurkan sedikit semangat dan keyakinan kami.
Hati kami sentiasa di intai syaitan.
Tidak ada manusia yang boleh mengklaim dirinya akan kuat tanpa jamaah.
Tidak akan ada kambing yang terlepas dari kawanannya yang tidak di makan
serigala..
kerana memang serigala ada di mana-mana.
Paling kurang kita akan mula hilang ketajaman sensitif terhadap tujuan kita.
Kita sudah boleh mulai lupa visi dan misi hidup serta perjuangan kita.
Sesuatu yang begitu membara di dalam hati kita ketika kita bersama dulu mulai pudar dan dingin membeku

Satu demi satu berita kami terima mengenai keadaan kalian…
Saat berpisah dulu kami memperkirakan kami akan menitiskan airmata kegembiraan mendengar ketangkasan dan keaktifan kalian… tetapi … titisan sebaliknya mulai
mengalir..
Apa yang telah terjadi kepada kalian?
Apa yang telah kalian lakukan?
kami mula rindu… ketika huruf-huruf ini disusun,
kami tidak dapat menahan air mata lagi.
Bersama baris-baris yang keluar… kami iringi dengan cucuran yang tidak
dapat ditahan..!

Ia bukanlah sesuatu hal yang dibuat-buat.
Bukan satu rekaan cerita dan cerpen.
Ia adalah satu kenyataan yang telah terjadi beberapa waktu lalu dan… air mata ini masih
meleleh.
Ia adalah perasaan sayu kami bila harapan telah mulai berceceran.
Satu demi satu harapan bangunan yang kami bina dan kami atur batu bata negara Islam
dan khalifah yang kami inginkan berantakan jatuh dihadapan kami.
Kalau dahulu kami harapkan kalian akan menjadi tangan-tangan yang akan bersama-sama mengangkat batu batu yang lebih berat dan menjadi pembina bangunan ini…
kini segalanya hampa.

Tanpa kami sedari, ada di kalangan kalian yang mungkin terasa amat gembira lepas dari dunia kami.
Ada yang merasakan dunia dakwah adlah sesuatu hal yang menghimpitnya..
Sesuatu yang mengurungnya.
Barulah kami sadari rupanya selama ini, itu semua adalah sebuah sandiwara.
Ada diantara kalian rupanya sudah tidak ingin lagi bertatap muka dengan kami.
Rupanya dulu kami adalah pemberi beban yang mengganggu hidupnya.
Sekarang dia telah bebas.

Kami mulai kecewa… kami mula berfikir.. apakah dosa
kami.
Kami hanya menghulurkan tangan untuk memimpin kalian mengenal sedikit tanggung jawab kita semua..
tanggungjawab dakwah dan amal Islam.
Kami gembira karena sebelum kalian keluar.. kalian telah memahami
itu semua.. tetapi sekarang kenapa ini semua tiba-tiba terjadi?

Kalian datang kesini… tetapi wajah kamilah yang paling tidak ingin di lihat dan ditemui.
Apakah kalian telah mencampakkan kasih sayang yang telah kami berikan selama ini.
Apakah wajah kami begitu buruk untuk dilihat?
Apakah suara kami begitu menyakitkan untuk disapa?.
Jika kalian datang dari jauh karena sesuatu hal, mendapatkan nilai baik bagi sekeping
ijazah,
apakah pelajaran-pelajaran yang sama-sama kita pelajari di halaqoh dan dauroh sudah tidak bernilai dan tidak berharga? Atau apakah kalian telah melayakkan
diri untuk dipanggil anak durhaka?
Kalian segera berlepas pulang.
Kami hanya mendengar si fulan telah datang. Tanpa sepatah salam kami terima,
mungkin ia terlalu mahal untuk dikirim. Tiada helaian kertas ditinggalkan.. mungkin tinta pena terlalu berharga untuk ditorehkan..
Kami hanya mendengar dengan hiba dan air mata mengalir lagi.

Masa berlalu… dan kami mulai berfikir sendirian.
Mereka terlalu sibuk.
Mereka ada urusan sendiri.
Mereka sedang masuk ke dunia kerja.
Walau ada di antara mereka yang kami bantu untuk meneruskan kehidupan mereka…
mencarikan mereka pekerjaan dan tempat menimba pengalaman.
Namun setelah sukses diraih .. sepatah kata pun tidak didengari.
Mungkin terlalu sibuk dengan pekerjaan.
Alhamdulillah.
Sekali lagi, kami menjadi kotoran yang dicampakkan ke tong sampah!

Kami tidak inginkan pembalasan.
Kami tidak pahala dari kalian.
Cukuplah Allah sebaik-baik pembalas.
Apa yang ada di sisi Allah adalah lebih baik dan kekal.
Kami akan tetap begini hingga akhir hayat.. selagi Allah masih memberikan kekuatan. Kerja kami ialah mengumpulkan potensi-potensi seperti kalian, memberi sedikit ilmu dan pemahaman, mendidik apa yang terdaya agar ada potensi baru untuk Islam.
Kami tidak inginkan harta kalian,
Kami tidak butuh pujian dan sanjungan kalian.
Tidak mengharap ingatan dari kalian, tetapi kami hanya mahu mendengar kalian
telah menyambung dan menjadikan kerja Islam sebagai
sebesar-besar tugas.
Kami hanya mau kalian menghidupkan jiwa-jiwa manusia yang telah mati.
Itulah tanda kesetiaan kalian terhadap kami.
Sebenarnya itu adalah janji kalian kepada Allah bila kalian berjanji untuk bersama kami. Allahlah yang akan menuntut janjiNya dari kalian.

Ketika kami mendengar ada di antara kalian mulai terlupa atau melupakan tugas ini, maka kamilah orang yang mula-mula menangis.
Kalian tentu faham bahawa tanda awal ialah bila kalian tidak lagi berafiliasi dengan jamaah.
Bila ada antara kalian yang merasakan kalian mampu hidup sendiri, kalian sebenarnya telah lupa. Hidup sehari tanpa jamaah dan tanpa kerja Islam bermakna kalian telah memupuskan harapan kerja besar kita. Dan tanda awal putusnya kalian dengan jamaah ialah bila kalian sudah tidak mempunyai murobbi dan halaqoh.
Tanda awalnya apabila kalian telah mulai membelakangkan murobbi/murobbiyah dalam membuat keputusan dalam hidup kalian.
Apakah kalian merelakan diri kalian untuk menjadi pemupus harapan kepada cita-cita Islam kita.?
Apakah kalian tidak takut kepada balasan Allah bagi mereka yang meninggalkan tugas ini?

Biarlah kami berhempas pulas di sini.. berhujan, berpanas dan berembun.
Mengorbankan masa rehat dan rupiah kami demi melahirkan orang seperti
kalian.
Biarlah kami terus begini… walaupun kami tahu mereka semua juga mungkin akan menjadi seperti kalian.
Biarlah kami terus berusaha .. melahirkan anak-anak yang akan mendurhakai dakwah dan tanggungjawab Islam!
Ingatlah.. kerja ini bukan hanya dengan angan-angan dan azam semata.
Cukuplah kalian layak dipanggil anak durhaka bila dakwah dan amal Islam hanya menjadi angan dan azam.
Betapa banyaknya orang yang mampu berangan dan berazam seperti kalian !
Tapi dimana usaha dan curahan tenaga?
Siapa yang akan ke medan, menarik tangan-tangan manusia yang sedang hanyut jika semua hanya berangan dan berazam untuk menarik?
Alangkah mudah berangan dan berazam!

Beban perasaan yang kami pikul sebenarnya lebih berat dari beban tugas ke sana ke mari mengatur program dan mendidik kalian.
Apanya yang berat? berjaga malam, membelanjakan ringgit dan berceramah dan mendengar masalah kalian jika hati kami gembira melihat hasilnya.
Apanya yang berat? ika hati kami bahagia melihat kalian menjadi orang yang akan
mewarisi kerja yang telah kami buat.
Kesemua perasaan berat dan beban hilang dan tak mungkin terasa setelah melihat
kalian telah menerangkan bumi yang gelap seluruh pelosok bumi.

TETAPI… sekarang kami telah kehilangan segala-galanya.
Ketenangan yang kami ingin cari melalui pengorbanan ini telah juga hancur.
Bahkan ia lebih berat dari beban fisik dan materi.
Kami telah melalui beberapa generasi kalian.
Pengalaman akhirnya menyimpulkan kepada kami bahwa kami hanyalah manusia
tak berguna dan pengganggu dalam hidup kalian.
Ketenangan hati yang kami ingin hirup dari usaha mentarbiyyah kalian hanya menambah luka yang telah ada…
Apakah kalian sadar?

Kami iringi kalian dengan doa dan airmata.
Pergilah kalian dengan ijzasah yang telah diperoleh dari sini untuk menjenguk dunia yang tiada bertepi.
Harungilah hidup demi mencari ketenangan dan kebahagiaan melalui jalan yang kalian pilih sendiri.
Kami tetap memilih ketenangan dan kebahagian melalui jalan kami sendiri.
Walaupun kalian telah melukai hati kami…
kami hanya akan menyalahkan diri kami sendiri.
Mungkin kamilah yang menyebabkan kalian jadi begini.
Mungkin kami belum memberikan yang terbaik untuk kalian.
Mungkin kami belum mengorbankan apa yang sepatutnya kami
korbankan.
Mungkin.. kami lah yang bersalah.!

Kini segalanya hanya tinggal kenangan.
Kami tidak berharap kepada kalian lagi.
Jika kalian mau terus hidup sebagaimana manusia lain… teruskanlah!
Bahkan jika kalian mau menjadi manusia yang jauh
berlainan dari kami… teruskan!
Moga Allah mengampunkan kami dan kalian.
TAPI ingat ! Dakwah tidak memerlukan kalian untuk tetap ada.
Dakwah adalah sesuatu hal yang kuat dan kokoh karena ia berhubung dengan Allah Yang Maha Perkasa.
Kitalah yang memerlukan dakwah.
Dakwah bisa bersama orang lain jika kita enggan.
Tetapi apa artinya hidup kita tanpa dakwah?
Dakwah adalah nyawa dan ruh kita.
Jika kita berpisah darinya…. Kita
sebenarnya telah mati !
Kita akan terkulai layu ibarat bunga yang telah dipetik dari pokoknya !

Tinggalkanlah kami menangisi anak-anak yang telah pergi.
Anak-anak yang telah mencampakkan kasih sayang yang coba kami hulurkan.
Mungkin cinta kami tidak seindah dunia yang menunggu diluar sana.
Biarlah cinta itu dikutip oleh manusia lain yang tahu menilainya.

Apakah kalian tidak mengerti ini semua…
apakah cinta kami tidak bermakna untuk kalian.
Apakah ia terlalu murah.
Kami berkorban untuk kalian lebih dari anak dan saudara kami sendiri, karena bagi kami ikatan akidah dan fikrah lebih kokoh dan erat dari ikatan kekeluargaan.
Kalian lebih kami sayangi dari saudara sedarah daging dengan kami.
Kami berikan apa yang terbaik yang kami miliki.
Kerana kami tahu.. kalian adalah penerus generasi da’I yang hampir pupus.
Apakah kalian tidak merasakannya?
Memang kami tidak memberikan makanan yang mahal untuk kalian.
Kami tidak membelikan pakaian indah untuk kalian.
Tetapi apalah arti makanan dan pakaian jika kalian hanyut di alam kesesatan jahiliyyah..?
Hayatilah kata-kata Imam As-Syafie: “manusia sebenarnya ialah yang merasakan cinta yang diberikan kepadanya walaupun sebentar”.
Berapa lamakah cinta yang telah kami berikan kepada kalian… apakah kalian tidak merasakannya?

Kalian melihat kami tersenyum… ya.. senyuman yang kami buat-buat untuk mengobati rindu kepada kedamaian kemarin yang telah tiada lagi.
Senyuman untuk menandakan kami masih mampu bersandiwara dengan hati yang
telah disayat-sayat.
Berilah senyuman kepada kami, hulurkan tangan kalian untuk kami salami….
Tetapi hati ini tidak mungkin terobati tanpa penghayatan dan penunaian janji yang telah sama-sama kita buat semasa kita di sini!

Cukuplah… kami hanya akan bersama dengan yang memahami dan merasakan cinta kami.
Bagi mereka yang mempunyai kekasih lain… pergilah.. semoga kekasihnya akan
memberi kebahagian dan ketenangan untuknya.
Bagi kami… di jalan dakwahlah kekasih awal dan terakhir kami.

Jika kami sendiri futur akibat apa yang telah kalian lakukan, maka bersediakah kalian untuk menerima sahamnya.
Kalian telah mengecewakan kami setidak-tidaknya.
Kalian telah menyebabkan kami tidak percaya lagi kepada manusia…
hingga sampai satu ketika..
kami merasa sudah tak ada lagi harapan di dunia ini.
Kenapa tidak ? ..
keseluruhan anak-anak kami tidak dapat meneruskan usaha kami
Jika itu yang terjadi kepada yang awal… maka bukankah sama pada yang akhirnya?

Tolong … jangan jadikan kami futur.. berilah harapan.
Moga adik-adik kita di sini dan di luar sana dapat menghirup sedikit dari limpahan cahaya Ilahi yang kita sama-sama tak ingin padam.

Wassalamu’alaikum.
CATATAN SEORANG MUROBBI YANG HINA

0 Response to "AIRMATA SEORANG MUROBBI"

Posting Komentar