Aku (Bukan) Aktivis Galau



Islamedia - Wahai jiwaku yang lemah
Mendekatlah padaNyaSampaikan rindu itu padaNyaCurahkanlah semua penyakit hati itu padaNyaJangan sampai aktivitas dakwah ini menjadi tergangguHanya karena hati ini tak mampu menahan goda nafsuHanya karena iman ini terlalu lemah untuk menjaga pandangan dan perasaanDakwah ini akan menguras segalanyaBahkan masa muda dimana rasa cinta begitu menggeloraWahai hatiku yang mudah terkena goda rayuKuatlah dalam menjaga semua rasa yang adaHingga nanti tiba saatnya dapat kusempurnakan separuh dari agamaNya
Cinta. Satu kata misterius yang tak akan pernah kita tahu kapan datangnya. Kata itu menjadi begitu sakral di usia kepala dua. Usia dimana cinta monyet sudah tak lagi berlaku. Usia dimana masa puber (seharusnya) sudah selesai. Usia disaat cinta memang tak hanya sebatas dengan orang tua, saudara atau teman main. Cinta di usia ini mengenal lawan jenis, yang tentu saja kadarnya tak akan sama dengan cinta monyet.
Cinta yang tak pada tempatnya, bukanlah masalah yang sederhana. Lihat saja fenomena sekarang. Banyak aktivis yang berguguran karena virus merah jambu. Dan tak bisa dipungkiri, mungkin juga telah menyerang hati kita masing-masing. Membuat jalan kita begitu terseok-seok untuk memperjuangkan agama-Nya. Wajar saja memang, karena kita manusia, bukan malaikat yang bersih dari nafsu.
Tak ada yang salah memang. Cinta terhadap lawan jenis ini adalah perasaan fitrah yang pasti akan muncul, hanya saja kembali pada kita untuk mengatur dan menjaganya. Agar tidak keluar dari lingkaran iman yang kita bangun. Agar besarnya tak melebihi kadar cinta kita pada-Nya. Agar terombang-ambingnya perasaan kita, tidak memperlambat perjalanan dakwah ini. Agar kita tidak tumbuh menjadi aktivis bermental galau. Agar dakwah ini menjadi prioritas, bukan sarana untuk memenangkan cinta kepada makhluk-Nya.
Tak dapat terbayangkan, kapan kemenangan Islam ini dapat tercapai jika kebanyakan pejuangnya sedang asik menjadi aktivis galau. Kemenangan Islam membutuhkan pejuang yang berfikir akan visi-misi yang besar, diskusi yang tajam tentang perjuangan dan aksi konkrit untuk melawan musuh Islam. Bukan malah berteori tentang cinta yang tak kunjung tiba. Karena menyempurnakan agama-Nya tidak butuh teori panjang lebar. Jika siap, maka lakukanlah, halalkan hubungan itu. Jangan sampai waktu habis untuk menggalaukan sesuatu yang belum pasti. Menggalaukan cinta yang belum mampu untuk kita halalkan.
Astaghfirullah. Semoga saja kita terhindar dari perbuatan-perbuatan yang melemahkan iman dan hati. Perjuangan ini memang tak pernah mudah. Jalannya berkelok-kelok. Semoga saja kita, para pemuda, dapat tumbuh meneruskan estafet dakwah yang ada. Mari periksa hati-hati kita. Kita kuatkan benteng imannya. Agar Islam ini, memiliki pejuang-pejuang yang tangguh, bukan pejuang-pejuang yang mudah galau karena cinta yang tak selayaknya. [Fimadani]
Oleh: Wildan, Bandung IT Telkom Bandung

0 Response to "Aku (Bukan) Aktivis Galau"

Posting Komentar