A Tribute To Muhammad Ali : Renungan Ramadhan



Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Manusia akan dikenang karena amal perbuatan yang dilakukannya samasa hidupnya. Hari ini (10/06) jenazah Muhammad Ali dikebumikan. Ada banyak hal yang layak kita kenang dari sosok Muhammad Ali. Diantaranya :

Pertama, Proklamasi Keislaman

Pada periode awal dakwah, kita mengenal fase siriyatud da’wah wa siriyatut tanzhim yang berlangsung selama kurang lebih 3 tahun. Selanjutnya disambung dengan fase jahriyatud da’wah wa siriyatut tanzhim. Diantara karakteristik khas dari kedua fase tersebut adalah proklamasi keislaman yang dilakukan secara rahasia.

Saat itu, Islam masih lemah dan permusuhan dari quraisy sedemikian tinggi. Sehingga apabila ada orang ketahuan memeluk Islam, berarti dia siap untuk disiksa dan dianiaya. Hanya Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khathab saja yang memproklamasikan keislaman secara terang-terangan dan tidak ada yang berani menganggunya. Sedang pada kasus Abu Dzar Al Ghifari, dia langsung dikeroyok dan dipukuli saat berteriak lantang dirinya sudah masuk Islam.

Cassius Marcellus Clay Jr mengumumkan keislamannya diatas ring tinju, dihadapan kamera tv, disebuah negara dimana Islam adalah kelompok minoritas, dimana dia menjadi kelompok warga kelas dua (niger). Sungguh, ini adalah momentum yang luar biasa dan sangat bersejarah.

Muhammad Ali mempertaruhkan banyak hal untuk aksi ini, namun dia tidak takut. Dia tetap jadi pujaan warga Amerika. Umat Islam dan kaum Negro mendapatkan suntikan moral berdosis tinggi dengan keislaman Muhammad Ali. Jika dahulu Abdullah bin Mas’ud berkata “Kami memiliki harga diri semenjak Umar masuk Islam”, maka perkataan yang sama sungguh bisa disematkan kepada Muhammad Ali.

Kedua, Pejuang Kemanusiaan

Muhammad Ali bukan tipe orang yang menemukan kebenaran lalu beruzlah dan menikmati kebenaran yang diyakininya. Dia berjuang agar nilai kebenaran yang diyakininya berubah menjadi norma sosial, melalui berbagai mimbar bebas. Bahkan, dia berani menentang kebijakan kampanye perang Amerika melawan Vietnam.

Dari sini, kapasitasnya naik dari individu biasa menjadi ikon kelompok sosial. Dalam hal ini, Muhammad Ali menjadi representasi kelompok muslim dan kelompok kulit hitam. Dimana kedua kelompok ini sering dianggap sebagai warga kelas dua dan diperlakukan secara diskriminatif.

Sosok Muhammad Ali menjadi legenda karena dia memperluas perannya, dari sekedar olahragawan (petinju) menjadi pejuang kemanusiaan. Inilah pola perluasan peran yang membuat sosok Muhammad Ali berbeda dengan para petinju lainnya seperti Joe Frazier, Evander Holyfield, Oscar De La Hoya dan lainnya.

Dengan porsinya sekarang, basis pendukungnya langsung meluas. Bukan hanya para penggemar tinju, namun juga seluruh komunitas muslim dan juga warga kulit hitam. Mereka terlibat secara emosional dalam pertandingan dan ikut larut dalam euforia kemenangan. Karena kemenangan Muhammad Ali diatas ring akan menjadi kebanggaan bersama milik seluruh komunitas tersebut.

Ketiga, Prosesi Pemakaman

Tidak banyak orang yang merencanakan kematiannya agar bisa menjadi pelajaran bagi banyak orang. Dulu kita mengenal seorang pemuda shaleh yang merencanakan kematiannya. Diceritakan panjang lebar dalam kisah ashabul ukhdud. Singkat cerita, kematiannya membuka tabir keimanan bagi semua yang melihatnya. Mereka semua beriman dengan sangat kuat dan tidak tergoyahkan meski diancam dengan kobaran api yang menyala dahsyat.

Dalam beberapa pemberitaan seputar pemakaman, disebutkan bahwa Muhammad Ali sudah merencanakan prosesi pemakamannya. Pemakaman seorang publik figur memang selalu menyita perhatian banyak kalangan. Dengan sendirinya banyak media yang meliput, memberitakan dan mengabadikan momen-momen dramatis yang terjadi.

Pemandangan seputar prosesi shalat jenazah dan iringan kalimat tahlil yang menggema saat dibawa ke liang lahat adalah sesuatu yang sangat biasa, baik di Indonesia, di Palestina maupun negeri Islam lainnya. Namun jika peristiwa seperti ini terjadi di Amerika, disiarkan secara langsung melalui stasiun tv dan dibagi secara luas melalui media sosial, dampaknya terasa sangat berbeda. Seolah ada keyakinan bahwa Amerika akan menjadi negeri muslim. Seolah kita baru tersadar tentang kisah perjuangan Malcolm X, Yusuf Estes dll.

Kita tersadar bahwa generasi baru muslim di Amerika sudah tumbuh pesat. Dan melalui pemandangan dramatis saat pemakaman Muhammad Ali, semoga semakin banyak pula hati yang terbuka menerima Islam.

Khatimah

Kita mengenal shahabat besar bernama Ali bin Abu Thalib ra. Beliau termasuk assabiqunal awwalun, ahli bait nabi, dan pemilik banyak keutamaan. Dan, beliau tidak pernah kalah berduel di medan jihad. Sejak perang Badar hingga perang melawan Khawarij, tidak ada satupun musuh yang sanggup mengalahkan Ali bin Abu Thalib ra dalam duel tanding satu lawan satu.

Kisahnya saat perang Khaibar lebih dahsyat lagi, dimana Ali bin Abu Thalib ra mampu mengangkat pintu benteng Khaibar dan menjadikannya sebagai tameng hanya dengan satu tangan. Padahal 10 orang shahabat tidak kuat mengangkatnya. Meski dibantu dengan beberapa shahabat lagi, tetap mereka tidak kuat mengangkatnya.

Mungkin Cassius Marcellus Clay Jr memang ingin memiliki kekuatan hebat sebagaimana Ali bin Abu Thalib ra. Sehingga saat masuk islam, dia ikut membawa nama ‘Ali dibelakang nama Muhammad. Ring tinju dunia sudah membuktikan, beliau memang layak menyandang kebesaran nama ‘Ali yang kuat. Wallahu a’lam.

0 Response to "A Tribute To Muhammad Ali : Renungan Ramadhan "

Posting Komentar