"Awal Kehidupan"


"Awal Kehidupan"

Bismillah...

Maghrib ini setelah selesai mengucapkan salam, saat hati hendak membuka al-Qur'an tiba-tiba tergugah untuk menuliskan sesuatu yang sebenernya sedikit aku takuti. Padahal ia merupakan hal yang sangat dekat dengan kehidupan kita. Dia itu kematian. Entahlah, hal yang teramat sering kita abaikan. Bahkan kita sendiri tidak memperdulikan seberapa banyak bekal yang akan menemani kita di awal kehidupan itu.

Sebetulnya, terinspirasi dari obrolan anak-anak kecil yang bermain di halaman rumah orang yang baru saja meninggal. Begini percakapan mereka:

Agil : "Anto, permainan bulu tangkis kamu keren. Pasti nanti kamu bakal bisa ngalahin Taufik Hidayat,"

Anto : "Insya Allah, Semoga masih dikasih umur ya sama Allah."

Agil : "Huss, kamu gak boleh ngomong gitu. Kamu kan masih kecil juga."

Anto : "Ya, siapa tahu. Kita tak pernah tahu."

Percakapan dari anak-anak yang pola pikirnya juga masih begitu sederhana. Kenapa bisa ada yang berpikir sampai sejauh itu? Coba aja kalimat itu kita selipkan ketika kita mengucapkan janji. Misal, "Iya besok aku ke rumahmu ya, Insya Allah. Jika masih diberi umur." Pasti yang denger langsung melototin sambil bilang, "Huss jangan gegabah!!" Padahal kenyataannya, kematian adalah sesuatu yang paling dekat dengan kita. Ingat ini.

Mati adalah sudah hilang nyawanya; tidak hidup lagi (KBBI) definisi yang tidak bisa disalahkan dari kamus sekelas Kamus Besar Bahasa Indonesia. Akan tetapi, aku punya definisi sendiri tentang kematian. Bagi sebagian orang termasuk aku, kematian adalah awal kehidupan yang sebenarnya (CMIIW), dan hidup selama-lamanya. Atau yang lazim disebut kehidupan akhirat.

Usia tua, sakit, atau jelek bukan syarat sebuah kematian itu datang. Ah siapa saja, tak pandang bulu. Kematian akan hadir dan menyapa kita semua. Entah kapan. Ya, entah kapan. Karena kematian merupakan ketidakpastian yang pasti, tidak pasti kapan datangnya tapi pasti dia akan datang. Entah satu detik setelah tulisan ini dipost kan, 5 menit, 5 hari, 5 minggu, atau hitungan lain yang bukan berupa angka lima dan tak mentok di minggu, angka apa saja bisa.

Kapan saja dia datang, seharusnya kita siap. Bagi hamba yang hidup dengan cintaNya, kematian merupakan hal yang selalu dinantikan. Mereka akan bahagia jika kematian itu datang, dan mereka bertemu dengan RabbNya.

Tapi sayangnya, tak semua orang yang bisa hidup bahagia setelah mati (Na'udzubillah). Mereka yang terlena dengan kehidupan dunia dan melupakan Tuhan, nampaknya tak akan mendapatkan kebahagiaan-kebahagiaan yang selalu dirindu. Siksaan yang mengerikan akan menjadi makanan mereka sehari-hari. Tiada ampun, yang mampu menolong hanyalah amalan-amalan kita selama di dunia. Selain itu? No way!! Teman sejati yang biasa menolong kita dikala sakit pun, akan sibuk dengan urusan masing-masing.

Namun teman, jangan takut dengan kengerian itu. Allah juga menawarkan tempat yang begitu indah. Tempat dimana kita bisa mendapatkan apapun yang kita inginkan. Buah-buahan manis? Susu yang segar? Atau pasangan yang tampan/cantik? Semua dengan mudah bisa kita dapatkan. Atau istana megah? Baju-baju yang indah? Apasaja yang kita mau, tinggal minta dan akan Allah berikan. Tempat itu namanya taman Syurga.

Keindahan dunia itu, tak ada apa-apanya di bandingkan syurga. "Demi Allah, dunia ini dibanding akhirat ibarat seseorang yang mencelupkan jarinya ke laut, air yang tersisa di jarinya ketika diangkat, itulah nilai dunia. (sedang lautan, itulah akhiratnya)" (H. R. Muslim).

Teman, pernah terbayang berapa ratus triliyun perbandingan air yang tersisa di jari itu dan air laut yang ada? Jika ya, bagaimana kita bisa begitu asik menikmati kehidupan ini dengan hal-hal dosa? Hal-hal yang tak Allah sukai?

Dengan begitu, sungguh tak layak kita menakuti sebuah kematian. Toh ia akan datang. cepat atau lambat. Dan perbanyaklah belajar pada mereka yang begitu merindu kematian, merindu pertemuan dengan Sang Kholiq.


Ba'da Maghrib, 28 Desember 2013

*by @farmillah
ODOJ-ers #212

0 Response to ""Awal Kehidupan""

Posting Komentar